Judith M. Tomasowa
SariKata.com dated 15.03.2005
Seorang gadis duduk terengah-engah
Ia menyendiri dalam keramaian
Hiruk pikuk menjadi sunyi di kalbunya
Bersembunyi di balik senyuman lunglai
Seorang gadis memandang sekeliling
Mencari tujuan langkah kaki
Berkali-kali ia berdiri dan mencoba melangkah
Satu, dua, tiga
Luka perih yang hampir sembuh terkoyak kembali
Tak kuasa ia terluka dalam
Jeritan, uh, sudah punah isak tangisnya
Hanya jiwa berdoa dalam kesunyian
Ia kembali terduduk kembali
Menghela nafas dengan berat
Ia ingin, tapi aku tak kuat
Kekuatanku sudah hilang
Dalam tetesan air matanya, ia berkata
Dalam kesendiriannya, ia bermakna
Dalam keputus-asaannya, ia merangkak
Dalam jiwanya, ia mengucap
Walau kakiku ada dan lengkap
Namun, telah kehilangan kekuatannya
Walau semangatku ada dan membara
Namun, luka perih menyeringai jiwaku
kembali terseok-seok dan terjatuh
Walau penyorak semangat besertanya
Kegalauan menyelimuti jiwanya
Jiwanya retak
Ia bagai dinding kokoh berdiri tegap
Namun,tanpa atap yang menudungi dalam kedamaian
Ia menjadi seperti benda mati
Jiwanya retak
Ia menyendiri dalam keramaian
Hiruk pikuk menjadi sunyi di kalbunya
Bersembunyi di balik senyuman lunglai
Luka perih yang hampir sembuh terkoyak kembali
Tak kuasa ia terluka dalam
Jeritan, uh,�sudah punah isak tangisnya
Walau kakiku ada dan lengkap
Namun, telah kehilangan kekuatannya
Walau semangatku ada dan membara
Namun, luka perih menyeringai jiwaku
Seorang datang duduk tersenyum dalam bahasa kalbu
Memapah berjalan melintasi arah tujuan
Melangkahlah gadis tersebut
Satu, dua, tiga
Luka perih yang hampir sembuh terkoyak kembali
Tak kuasa ia terluka dalam
Jeritan, uh,�sudah punah isak tangisnya
Jiwaku retak
kembali terseok-seok dan terjatuh
Walau penyorak semangat besertanya
Kegalauan menyelimuti jiwanya
Jiwanya retak
Ia bagai dinding kokoh berdiri tegap
Namun,tanpa atap yang menudungi dalam kedamaian
Ia menjadi seperti benda mati
Jiwanya retak
Dalam tetesan air matanya, ia berkata
Dalam kesendiriannya, ia bermakna
Dalam keputus-asaannya, ia merangkak
Dalam jiwanya, ia mengucap
Walau kakiku ada dan lengkap
Namun, telah kehilangan kekuatannya
Walau semangatku ada dan membara
Namun, luka perih menyeringai jiwaku
Seorang datang duduk tersenyum dalam bahasa kalbu
Memapah berjalan melintasi arah tujuan
Mengenggam tangan menuntun jalan
Mengajarkan arti senyuman bahagia
Gadis muda itu, menghentikan langkah
Ia terduduk sejenak, menahan sakit
Tujuan apa langkahkan kakiku?
Kegalauan menyelimuti jiwanya