Sabtu, 27 September 2008

Gadis Muda


Gadis Muda

Judith M. Tomasowa

SariKata.com dated 15.03.2005



Seorang gadis duduk terengah-engah

Ia menyendiri dalam keramaian

Hiruk pikuk menjadi sunyi di kalbunya

Bersembunyi di balik senyuman lunglai



Seorang gadis memandang sekeliling

Mencari tujuan langkah kaki

Berkali-kali ia berdiri dan mencoba melangkah

Satu, dua, tiga



Luka perih yang hampir sembuh terkoyak kembali

Tak kuasa ia terluka dalam

Jeritan, uh, sudah punah isak tangisnya

Hanya jiwa berdoa dalam kesunyian



Ia kembali terduduk kembali

Menghela nafas dengan berat

Ia ingin, tapi aku tak kuat

Kekuatanku sudah hilang



Dalam tetesan air matanya, ia berkata

Dalam kesendiriannya, ia bermakna

Dalam keputus-asaannya, ia merangkak

Dalam jiwanya, ia mengucap



Walau kakiku ada dan lengkap

Namun, telah kehilangan kekuatannya

Walau semangatku ada dan membara

Namun, luka perih menyeringai jiwaku



kembali terseok-seok dan terjatuh

Walau penyorak semangat besertanya

Kegalauan menyelimuti jiwanya

Jiwanya retak



Ia bagai dinding kokoh berdiri tegap

Namun,tanpa atap yang menudungi dalam kedamaian

Ia menjadi seperti benda mati

Jiwanya retak



Ia menyendiri dalam keramaian

Hiruk pikuk menjadi sunyi di kalbunya

Bersembunyi di balik senyuman lunglai

Luka perih yang hampir sembuh terkoyak kembali

Tak kuasa ia terluka dalam

Jeritan, uh,�sudah punah isak tangisnya



Walau kakiku ada dan lengkap

Namun, telah kehilangan kekuatannya

Walau semangatku ada dan membara

Namun, luka perih menyeringai jiwaku



Seorang datang duduk tersenyum dalam bahasa kalbu

Memapah berjalan melintasi arah tujuan

Melangkahlah gadis tersebut

Satu, dua, tiga



Luka perih yang hampir sembuh terkoyak kembali

Tak kuasa ia terluka dalam

Jeritan, uh,�sudah punah isak tangisnya

Jiwaku retak



kembali terseok-seok dan terjatuh

Walau penyorak semangat besertanya

Kegalauan menyelimuti jiwanya

Jiwanya retak



Ia bagai dinding kokoh berdiri tegap

Namun,tanpa atap yang menudungi dalam kedamaian

Ia menjadi seperti benda mati

Jiwanya retak



Dalam tetesan air matanya, ia berkata

Dalam kesendiriannya, ia bermakna

Dalam keputus-asaannya, ia merangkak

Dalam jiwanya, ia mengucap



Walau kakiku ada dan lengkap

Namun, telah kehilangan kekuatannya

Walau semangatku ada dan membara

Namun, luka perih menyeringai jiwaku



Seorang datang duduk tersenyum dalam bahasa kalbu

Memapah berjalan melintasi arah tujuan

Mengenggam tangan menuntun jalan

Mengajarkan arti senyuman bahagia



Gadis muda itu, menghentikan langkah

Ia terduduk sejenak, menahan sakit

Tujuan apa langkahkan kakiku?

Kegalauan menyelimuti jiwanya

Senin, 22 September 2008

Hening Sunyi Sepi


Hening Sunyi Sepi
Wed, 18th Feb 2004


Tiada suara terdengar
Tiada patah kata terucap
Tiada desau angin terhembus
Tiada hingar-bingar berlalu-lalang

Hening
Kudengar sunyi
Makna apa terbesit?
Hingga dalam berarti

Sunyi
Sepi menyelimuti
Harapan pupus dalam kekecewaan
Tapis kelegaan jiwa

Sepi
Kehilangan menghampiri
Tegar dan tegar
Semedi seribu tahun

Apakah hening itu indah?
Apakah sunyi itu bermakna?
Apakah sepi itu terbaik?
Sukmaku mengatakan, tidak!

Aku bukan hening
Aku bukan sunyi
Aku bukan sepi
Aku adalah aku

Aku,hembusan angin sejuk di pagi hari
Aku kicauan burung di ufuk timur
Aku,gelak tawa gembira di hulu sungai
Aku adalah aku

Jangan suruh aku sepi!
Jangan suruh aku hening!
Jangan suruh aku sunyi!
Karena, itu bukanlah aku.

Tiada orang menempatkan suluh di kaki meja
Tiada orang mengenakan mutiara dalam kantong
Tiada orang mengeletakkan berlian berharga
Tiada orang membiarkan permata hati

Dunia pun punya batas cakrawala
Hari pun punya batas malam
Semua punya batasan
Tidak lebih, tidak kurang

Cukup sudah,
Keheningan, kesunyian, kesepian
Aku adalah raja
Kaum merdeka

Jangan kau pasang kail!
Jikalau tidak kau nikmati hasil pancinganmu.
Jangan kau tanam pohon!
Jikalau kau biarkan buahnya percuma jatuh.

Apakah salah jikalau,
ada yang memasak dan menikmati hasil pancinganmu?
Apakah salah jikalau,
ada yang mengangkat dan menikmati buahmu yang terjatuh?

Apakah hendak kau buang kailmu?
Apakah hendak kau tebang pohonmu?
Apakah hendak kau ambil kembali hasil pancingmu?
Apakah hendak kau simpan kembali buah pohonmu?

Peliharalah hidup
Kelolahkan hasilmu
Banggalah akan dirimu
Itu makna tertinggi.

---------------


Minggu, 21 September 2008

Sang Saudagar Bijak

Sang Saudagar Bijak

Sun, 21 September 2008
Judith M. Tomasowa, SE, M.Si



Adalah sebuah perumpamaan hikayat seorang saudagar kaya pemilik kebun anggur yang membutuhkan pekerja harian. Kemudian ia berkeliling di kota dan pedesaan dekat perkebunannya dan mengumpulkan pengangguran yang membutuhkan rejeki guna menyambung hidup.

Di pagi hari sang saudagar berhasil mengumpulkan sekelompok pekerja, ia menjelaskan bahwa masing-masing pekerjaan akan dibayar 3 keping dinar/harinya. Tidak akan ada pembedaan bagi mereka. Mereka menyetujuinya dengan gembira. Kemudian sang saudagar membawa mereka ke perkebunan. Diberinya mereka makan pagi, sebelum bekerja. Juga diberinya pakaian pantas dan peralatan berkebun, juga makan siang. Dengan pantas dan layak mereka bekerja di ladang.

Sang saudagar itu memanggi orang kepercayaannya, dan mengutusnya lagi untuk mengumpulkan lagi orang-orang pengangguran dan yang berkesulitan dalam hidup, agar mereka dikaryakan dan mendapatkan penghasilan. Orang kepercayaan itu masuk keluar desa dan kota dekat perkebunan itu. Dibawanyalah kepada tuannya, sekelompok besar pekerja menjelang terik matahari di tengah kepala. Mereka pun dipekerjakannya.

Sang saudagar berjalan mengelilingi kebun anggurnya. Dan ia masih merasa kurang banyak pekerja. Hingga ia kembali mengutus orang kepercayaannya untuk merekrut pekerja baru di hari menjelang sore. Tak selang kemudian datanglah, orang kepercayaannya dengan sekelompok pekerja dan dipekerjakannya mereka di ladang.

Ketika hari itu berakhir, tibalah masa pembagian upah harian oleh sang saudagar.
Sang saudagar mengutus orang kepercayaannya untuk membagikan upah dengan adil.
Di dalam tenda, orang kepercayaannya itu memanggil satu per satu para pekerja harian itu. Tiba-tiba muncullah kegaduhan di luar tenda. Dengan segera bergegaslah tangan kanan sang saudagar melihat. Ia melihat pertikaian besar di luar tenda, para pekerja baku hantam dengan hebat. Ia segera datang melaporkan kepada sang saudagar.

Sang saudagar datang dan menyelidiki perihal itu. Barulah ia mengetahui bahwasanya penyebab kegaduhan itu karena para pekerja yang tiba di pagi hari, merasa terdapat kecurangan upah yang diberikan kepada para pekerja yang baru tiba di siang hari maupun di sore hari.

Kata mereka,

"Kami telah mengerjakan ladangmu dengan setia dari pagi hingga petang. Namun, jatah upahan kami tetap sama dengan mereka yang hanya bekerja setengah hari maupun hanya beberapa jam. Jadi yang kami lakukan adalah menghukum mereka yang baru tiba di siang/sore hari, dan juga merampas upahan yang bukan hak mereka."


Dengan tersenyum sang saudagar berkata,

"Tidakkah kalian tahu, mengapa aku hingga datang masuk ke pelosok kota dan desa, untuk mengumpulkan kalian yang berkekurangan, menderita siksaan hidup? Aku datang untuk membagikan titipan Allah yang diberikan padaku bagi kalian. Semua orang memiliki jatah berkat yang adil menurut Allah. Tidak diperbolehkan manusia untuk mengubah takaran berkat/hak yang telah ditetapkan oleh Allah. Walaupun jumlah mereka berkerumun dengan ancaman/tekanan yang merampas hak. Aku wajib berani bersikap adil dan membatalkan permintaan kalian."

"Tidakkah kalian ingat, jatah upahan harian kalian adalah 3 keping rubel per hari? Aku memberikannya dengan cuma-cuma, tanpa menghakimi cara kerja kalian. Apakah kalian rajin/malas. Perjanjianku juga tetap sama dengan pekerja yang datang di siang/sore hari."


"Di pagi hari di kala kalian terjepit dengan desakan hidup, aku telah datang memberi kelegaan dengan memberikan upahan 3 keping rubel/hari. Makan pagi dan pakaian layak telah kau terima terlebih dahulu. Itulah rizkimu. Tetapi mereka yang baru menerima tawaranku di siang/sore hari, mereka telah setengah hari, atau bahkan hampir 1 hari hidup dengan siksaan himpitan hidup. Ketika aku datang, mereka mengucapkan Alhambunillah, terima kasih ya.. Allah, karena pertolonganMu telah datang menyelematkan kami."



"Mengapa kalian lupa mengucapkan syukur dengan hati, jiwa dan akal sehatmu?"


"Mengapa kalian rakus dan mengukur berkat orang lain dengan iri hati kalian, hingga kalian merampas hak dan menindas orang yang menghauskan keselamatan dari Allah?"


"Tidakkah cukup apa yang ada padamu?"

"Baiklah kalian ingat, takut akan Allah, membutuhkan tindakan nyata. Seseorang untuk dapat datang dan mendapati Allah, harus menyangkal diri sendiri, saudara, dan orang tua. Karena kebenaran Allah membawa pemisahan, antara yang hak dan yang batil, menjadikan manusia merdeka, lepas dari perbudakan dosa, tanpa memandang bulu."

Baiklah kita sebagai orang yang diberikan kuasa, kemampuan oleh Allah, wajib bersikap adil dan berani memberikan apa yang menjadi hak orang tertindas. Dan kita sebagai orang yang menerima rizki/berkat Allah, haruslah berlapang dada dan bersyukur.


--------------

STRATEGI HIDUP

Sun, 21 September 2008.
Judith M. Tomasowa, SE, M.Si


Strategi hidup dalam jaman yang serba semakin sulit tidaklah harus dengan siasat kotor. Sejak jaman dahulu kala, setiap angkatan manusia merasa jamannyalah yang paling sulit, dan akan menghadapi hidup yang lebih sulit.

Jaman bahela di dunia dan di Indonesia sudah terjadi prahara yang mengemparkan hidup. Perang Dunia I/II, dunia gempar dengan kehancuran. Dilanjutkan dengan masa pembangunan ekonomi, sejak Henry Ford hingga sekarang pun manusia mengulang sejarah.

Hidup memang merupakan perjuangan, layaknya tentara di sebelah kiri ini:) Baju lengkap, plus senjata dengan menyandang title pangkat dari prajurit hingga jendral. Apa yang menarik dalam hal ini? Tak lain, Strategi!!

Seorang prajurit tidak pusing dengan strategi. Namun jendral, hingga berkepala botak karena memikirkan strategi. Jend. Eisenhower memenangkan perang dengan mengulas fakta, vision dan mission dalam untuk menjadi pemenang. Semua orang pasti berpikir akan hal yang sama, hanya dalam bercermin, kita membutuhkan cermin dan pandangan orang lain untuk menilai diri kita, bukan??

Ilmu kesuksesan pertama adalah

"Janganlah iri hati terhadap orang yang mendapatkan kemenangan dengan cara curang. Lakukanlah hal yang kecil dengan kesetiaan dan kejujuran dengan itulah kita akan berdiam dalam kebenaran dan keadilan Allah, dan layak mendapatkan berkatNya. Amin."

Kesetiaan dan kejujuran akan menyebarluas layaknya parfum, yang datang mendahului kita. Kesetiaan dan kejujuran adalah hiasan persolekkan diri yang sejati. Kesetiaan dan kejujuran akan membawa kita pada kredibilitas yang teruji. Mungkin ada pihak tertentu yang tidak suka terhadap kita, dan berniatan memasang perangkap dengan menggali lobang bagi diri kita. Bisa jadi kita terjatuh dalam lubang tersebut. Namun, mata Allah tertuju pada orang yang tertindas dan jeritan orang yang tulus hati, lantang terdengar di Surga dan di Bumi.

Pepatah Jerman mengatakan sebuah kebohongan memiliki kaki yang pendek. Bisa dipadankan pada pepatah negri kita sendiri, "Sepandai-pandainya tupai meloncat, pasti akan terjatuh."

Raja Sulaiman S.A.W., sebagai nabi yang mendapatkan ridho kebijaksanaan dari Allah yang warisan pengetahuan dari AllahNya, juga wejangan dari ayahnya, nabi Daud, S.A.W mengatakan:

"Orang Fasik bersikap ramah dengan teman-temannya. Perkataannya sangat lemah lembut menawan layaknya madu yang manis. Namun hati mereka layaknya pedang tajam yang terhunus, siap menjerat orang yang lemah dan menawan mereka dalam perbudakan dunia orang mati."

"Orang Fasik akan gemar berkumpul dan merancangkan kejahatan dengan beramai-ramai, menggali lobang dan perangkap terhadap orang yang tidak berpengalaman. Dan tanpa alasan yang benar di hadapan Allah, mereka gemar mengeroyok orang lain yang hidup damai dengan mereka. Mereka gemar menahan hak orang tertindas, anak yatim dan para janda."

"Mereka dengan congkak, merasa hukum Allah jauh dari mereka. Lidah mereka menjadi Allah atas mereka. Bahkan mereka berkata bahwa Allah tidak akan menuntut balas atas kejahatan mereka, karena Allah tidak melihat, mendengar jeritan orang tertindas."

"Orang fasik adalah orang yang gemar membela diri dengan kata-kata dan tindakan menyogok Allah demi kepentingannya. Apakah Allah akan melanggar kebenaran dan keadilanNya sendiri demi sogokkan?"

Perkataan Nabi Sulaiman S.A.W. patut dijadikan cermin bagi diri kita.
Apakah kita layaknya orang fasik yang dikecam oleh nabi Sulaiman S.A.W?


Bagaimana untuk memiliki strategi yang baik dan layak dalam kebenaran Allah Yang Maha Agung & Adil?


Resepnya adalah:

tambahkan pada iman kebajikan, dan kepada kebajikan pengetahuan, dan kepada pengetahuan penguasaan diri, kepada penguasaan diri ketekunan, dan kepada ketekunan kesalehan, dan kepada kesalehan kasih akan saudara-saudara, dan kepada kasih akan saudara-saudara, kasih akan semua orang. sebab apabila semuanya itu ada padamu dengan berlimpah-limpah, kamu akan dibuatnya menjadi giat dan berhasil dalam pengenalanmu akan Allah. Tetapi barangsiapa tidak memiliki semuanya itu, ia menjadi buta dan picik, karena ia lupa, bahwa dosa-dosanya yang dahulu telah dihapuskan. Dengan demikian, Allah akan memberkati setiap usahamu dan memberikan rejeki berlimpah.

Nah,... tinggal sekarang kita memutuskan strategi hidup yang layak bukan?

Selamat mencoba.










Selasa, 22 Juli 2008

Manusia berusaha, Allah yang menentukan

Manusia berusaha, Allah yang menentukan

Sarikata@yahoogroups.com, Wed, 30 Mrt 2005
Judith M. Tomasowa, SE, M.Si


Dulu saya amat tidak menyukai perkataan ini, ya mungkin terkesan seperti pesimistik, dan membuatsemangatku menurun dan tidak bergairah berjuang di kala menemui kesulitan.Perkataan ini akan semakin menusuk di kala berhubungan dengan permasalahan yang tidak kunjung selesai, seperti mencari jodoh, bisnis yang gagal, dsb. Biasanya perkataan yang terlontarkan ke diri kita adalah, Manusia berusaha, Allah yang menentukan. Arti pengucapan kalimat ini dapat menusuk semangat juang kita, demikian dengan saya.

Kita sering didokrinisasi dengan Teologia sukses, artinya, jika kita hidup benar sesuai Agama, dan baik ke sesama, maka kita akan hidup sukses, dan kesulitan yang menghadang hanya sebuah tahap menuju sukses yang tergambar jelas di pikiran kita, menurut gambar dan rupa yang kita inginkan. Apalagi di jaman era teknologi, dimana 1 + 1 = 2, seakan dunia dapat kita atur menurut logika, dan ketika kita mengalami kegagalan atau hambatan, kita akan berargumentasi sejenis dengan pola 1 + 1 = 2, lalu kenapa menjadi �1, atau 3. Perkataan yang gampang dilontarkan orang sekitar kita adalah ya, Manusia berusaha, Allah yang menentukan.

Terdapat 2 kontradiktif, yang satu mengatakan berjuang agar sukses terus, dan yang lain mengatakan jika kamu berjuang dan mengalami kegagalan ya sudah terima aja, dan dapat berakibat kita menjadi pengecut dalam kesulitan, dan plin plan. Sikap menyerah terhadap kesulitan dan hambatan dan menjadi pengecut dalam perjuangan, sering digambarkan sebagai PASRAH DIRI, dan menurut hemat saya, ini salah.

Dalam kerangka pikiran saya, kita manusia berjuang mengusahakan sesuatu, berdoa dan bekerja yang sebaik mungkin. Dan dalam proses yang berjalan, dengan kegagalan/hambatan atau pun kesuksesan yang ada, kita mengenali peluang-peluang diri untuk maju dan berkembang atau pun untuk jatuh terpuruk semua tergantung dari cara pandang, pertimbangan, kematangan emosi, pendampingan orang-orang yang telah melewati tahapan tersebut, dan suara hati yang berimbang dengan semua hal tersebut.

Suara hati bisa disebut dengan keyakinan diri, dan biasanya ini merupakan bensin Utama menjalani sebuah proses kehidupan, atau diibaratkan sebagai stamina jiwa. Keyakinan kita akan membawa kita dalam perjalanan diri yang luar biasa, yang mempengaruhi pikiran secara positif. Dan dengan ini, seseorang akan memiliki the POWER OF MIND, kemampuan menciptakan lingkungan yang secara tidak sadar dan berkesinambungan seseuai dengan cita-cita kita. Ketika kita mencapai tahapan ini, kita dapat menjadi relaks mengerjakan/mencapai sesuatu, tanpa unzur memaksakan diri. Keadaan ini sering dikenal dengan kekuatan Mukjizad,karena iman yang teguh dan pasrah, tahapan ini barulah tepat ketika dikatakan Manusia berusaha, Allah yang menentukan.

Apa pun hasil yang kita dapatkan dengan melalui proses ini secara keseluruhan, maka kita akan puas, dan menerima keadaan diri tanpa menyalahkan siapa pun dan apa pun. Sikap hidup inilah sering digunakan oleh Pebeladiri Jepang dan Cina, mengalir bagai air, menanggapi serangan bukan dengan melawan balik, tapi menyalurkan/mengarahkan serangan/keadaan yang tidak enak tersebut tidak secara frontal ke diri kita, kita tepis dengan kelembutan dan ketenangan m enggunakan tekanan yang ada sebagai kekuatan diri, bukannya menggunakan kekuatan diri sendiri yang akan membuat diri kita letih..

Langkah Kecil Bukan Kemajuan Kecil: Orientasi Proses bukan hasil

Langkah Kecil Bukan Kemajuan Kecil: Orientasi Proses bukan hasil

Sarikata@yahoogroups.com, 4 April 2005
Judith M. Tomasowa, SE, M.Si


"Sistem pendidikan di Indonesia lebih banyak mengacu pada hasil, bukannya proses. "

Anak kita beri penghargaan ketika prestasi mereka mencuat. Ketika prestasi mereka biasa saja, kita langsung menilai, "oh,... ia malas." Padahal, belum tentu seperti itu. Kita sering tidak memandang "Ada apa dengan dia?" Kita selalu mengacu dengan pikiran kita, bukan dengan perasaan kita.

Kemampuan kita berempati, menggunakan perasaan terhadap "keadaan" yg mjd proses mereka, membuat kita menitik beratkan pada proses, bukannya hasil. Anak tidak akan merasa dipresi berat ketika ia gagal, atau hanya mencapai kemajuan yang sedikit.

Ketika anak beranjak menjadi individu dewasa, ia akan terbentuk menjadi orang yang ingin instant berhasil, tidak tahan uji coba, dan akhirnya cepat menyerah, atau memilih gampangan dalam segala perkara, yang penting tujuannya tercapai.

Berbeda dengan individu yang dibesarkan dalam lingkungan yang memperhatikan "proses" ketimbang "hasil". Ia akan merasa "tidak tersakiti/gagal" dengan pencapaian prestasi yang minim, atau bahkan kegagalan. Ketika ia menghadapi kegagalan, ia belajar dari orang tua, pendahulunya yang melindungi perasaan dirinya dari perasaan "GAGAL" dengan mengarahkan ybs terhadap pemikiran berjuang dalam PROSES demi PROSES, dan bukan hasil yang dipandang, melainkan usahanya. Ia belajar menghargai dirinya sendiri.

Dan dari langkah-langkah kecil tersebut, kita merangkai sebuah rangkaian kesuksesan besar. Merajut baju dari benang sukses kecil, hingga membentuk SUKSES PRIBADI yg global. Jelas, semua ini membutuhkan waktu, dan dengan waktu ini seorang berorientasi proses akan mendapatkan lebih dari sekedar "HASIL", yakni "PROSES".