Minggu, 21 September 2008

Sang Saudagar Bijak

Sang Saudagar Bijak

Sun, 21 September 2008
Judith M. Tomasowa, SE, M.Si



Adalah sebuah perumpamaan hikayat seorang saudagar kaya pemilik kebun anggur yang membutuhkan pekerja harian. Kemudian ia berkeliling di kota dan pedesaan dekat perkebunannya dan mengumpulkan pengangguran yang membutuhkan rejeki guna menyambung hidup.

Di pagi hari sang saudagar berhasil mengumpulkan sekelompok pekerja, ia menjelaskan bahwa masing-masing pekerjaan akan dibayar 3 keping dinar/harinya. Tidak akan ada pembedaan bagi mereka. Mereka menyetujuinya dengan gembira. Kemudian sang saudagar membawa mereka ke perkebunan. Diberinya mereka makan pagi, sebelum bekerja. Juga diberinya pakaian pantas dan peralatan berkebun, juga makan siang. Dengan pantas dan layak mereka bekerja di ladang.

Sang saudagar itu memanggi orang kepercayaannya, dan mengutusnya lagi untuk mengumpulkan lagi orang-orang pengangguran dan yang berkesulitan dalam hidup, agar mereka dikaryakan dan mendapatkan penghasilan. Orang kepercayaan itu masuk keluar desa dan kota dekat perkebunan itu. Dibawanyalah kepada tuannya, sekelompok besar pekerja menjelang terik matahari di tengah kepala. Mereka pun dipekerjakannya.

Sang saudagar berjalan mengelilingi kebun anggurnya. Dan ia masih merasa kurang banyak pekerja. Hingga ia kembali mengutus orang kepercayaannya untuk merekrut pekerja baru di hari menjelang sore. Tak selang kemudian datanglah, orang kepercayaannya dengan sekelompok pekerja dan dipekerjakannya mereka di ladang.

Ketika hari itu berakhir, tibalah masa pembagian upah harian oleh sang saudagar.
Sang saudagar mengutus orang kepercayaannya untuk membagikan upah dengan adil.
Di dalam tenda, orang kepercayaannya itu memanggil satu per satu para pekerja harian itu. Tiba-tiba muncullah kegaduhan di luar tenda. Dengan segera bergegaslah tangan kanan sang saudagar melihat. Ia melihat pertikaian besar di luar tenda, para pekerja baku hantam dengan hebat. Ia segera datang melaporkan kepada sang saudagar.

Sang saudagar datang dan menyelidiki perihal itu. Barulah ia mengetahui bahwasanya penyebab kegaduhan itu karena para pekerja yang tiba di pagi hari, merasa terdapat kecurangan upah yang diberikan kepada para pekerja yang baru tiba di siang hari maupun di sore hari.

Kata mereka,

"Kami telah mengerjakan ladangmu dengan setia dari pagi hingga petang. Namun, jatah upahan kami tetap sama dengan mereka yang hanya bekerja setengah hari maupun hanya beberapa jam. Jadi yang kami lakukan adalah menghukum mereka yang baru tiba di siang/sore hari, dan juga merampas upahan yang bukan hak mereka."


Dengan tersenyum sang saudagar berkata,

"Tidakkah kalian tahu, mengapa aku hingga datang masuk ke pelosok kota dan desa, untuk mengumpulkan kalian yang berkekurangan, menderita siksaan hidup? Aku datang untuk membagikan titipan Allah yang diberikan padaku bagi kalian. Semua orang memiliki jatah berkat yang adil menurut Allah. Tidak diperbolehkan manusia untuk mengubah takaran berkat/hak yang telah ditetapkan oleh Allah. Walaupun jumlah mereka berkerumun dengan ancaman/tekanan yang merampas hak. Aku wajib berani bersikap adil dan membatalkan permintaan kalian."

"Tidakkah kalian ingat, jatah upahan harian kalian adalah 3 keping rubel per hari? Aku memberikannya dengan cuma-cuma, tanpa menghakimi cara kerja kalian. Apakah kalian rajin/malas. Perjanjianku juga tetap sama dengan pekerja yang datang di siang/sore hari."


"Di pagi hari di kala kalian terjepit dengan desakan hidup, aku telah datang memberi kelegaan dengan memberikan upahan 3 keping rubel/hari. Makan pagi dan pakaian layak telah kau terima terlebih dahulu. Itulah rizkimu. Tetapi mereka yang baru menerima tawaranku di siang/sore hari, mereka telah setengah hari, atau bahkan hampir 1 hari hidup dengan siksaan himpitan hidup. Ketika aku datang, mereka mengucapkan Alhambunillah, terima kasih ya.. Allah, karena pertolonganMu telah datang menyelematkan kami."



"Mengapa kalian lupa mengucapkan syukur dengan hati, jiwa dan akal sehatmu?"


"Mengapa kalian rakus dan mengukur berkat orang lain dengan iri hati kalian, hingga kalian merampas hak dan menindas orang yang menghauskan keselamatan dari Allah?"


"Tidakkah cukup apa yang ada padamu?"

"Baiklah kalian ingat, takut akan Allah, membutuhkan tindakan nyata. Seseorang untuk dapat datang dan mendapati Allah, harus menyangkal diri sendiri, saudara, dan orang tua. Karena kebenaran Allah membawa pemisahan, antara yang hak dan yang batil, menjadikan manusia merdeka, lepas dari perbudakan dosa, tanpa memandang bulu."

Baiklah kita sebagai orang yang diberikan kuasa, kemampuan oleh Allah, wajib bersikap adil dan berani memberikan apa yang menjadi hak orang tertindas. Dan kita sebagai orang yang menerima rizki/berkat Allah, haruslah berlapang dada dan bersyukur.


--------------

Tidak ada komentar: