Selasa, 22 Juli 2008

Manusia berusaha, Allah yang menentukan

Manusia berusaha, Allah yang menentukan

Sarikata@yahoogroups.com, Wed, 30 Mrt 2005
Judith M. Tomasowa, SE, M.Si


Dulu saya amat tidak menyukai perkataan ini, ya mungkin terkesan seperti pesimistik, dan membuatsemangatku menurun dan tidak bergairah berjuang di kala menemui kesulitan.Perkataan ini akan semakin menusuk di kala berhubungan dengan permasalahan yang tidak kunjung selesai, seperti mencari jodoh, bisnis yang gagal, dsb. Biasanya perkataan yang terlontarkan ke diri kita adalah, Manusia berusaha, Allah yang menentukan. Arti pengucapan kalimat ini dapat menusuk semangat juang kita, demikian dengan saya.

Kita sering didokrinisasi dengan Teologia sukses, artinya, jika kita hidup benar sesuai Agama, dan baik ke sesama, maka kita akan hidup sukses, dan kesulitan yang menghadang hanya sebuah tahap menuju sukses yang tergambar jelas di pikiran kita, menurut gambar dan rupa yang kita inginkan. Apalagi di jaman era teknologi, dimana 1 + 1 = 2, seakan dunia dapat kita atur menurut logika, dan ketika kita mengalami kegagalan atau hambatan, kita akan berargumentasi sejenis dengan pola 1 + 1 = 2, lalu kenapa menjadi �1, atau 3. Perkataan yang gampang dilontarkan orang sekitar kita adalah ya, Manusia berusaha, Allah yang menentukan.

Terdapat 2 kontradiktif, yang satu mengatakan berjuang agar sukses terus, dan yang lain mengatakan jika kamu berjuang dan mengalami kegagalan ya sudah terima aja, dan dapat berakibat kita menjadi pengecut dalam kesulitan, dan plin plan. Sikap menyerah terhadap kesulitan dan hambatan dan menjadi pengecut dalam perjuangan, sering digambarkan sebagai PASRAH DIRI, dan menurut hemat saya, ini salah.

Dalam kerangka pikiran saya, kita manusia berjuang mengusahakan sesuatu, berdoa dan bekerja yang sebaik mungkin. Dan dalam proses yang berjalan, dengan kegagalan/hambatan atau pun kesuksesan yang ada, kita mengenali peluang-peluang diri untuk maju dan berkembang atau pun untuk jatuh terpuruk semua tergantung dari cara pandang, pertimbangan, kematangan emosi, pendampingan orang-orang yang telah melewati tahapan tersebut, dan suara hati yang berimbang dengan semua hal tersebut.

Suara hati bisa disebut dengan keyakinan diri, dan biasanya ini merupakan bensin Utama menjalani sebuah proses kehidupan, atau diibaratkan sebagai stamina jiwa. Keyakinan kita akan membawa kita dalam perjalanan diri yang luar biasa, yang mempengaruhi pikiran secara positif. Dan dengan ini, seseorang akan memiliki the POWER OF MIND, kemampuan menciptakan lingkungan yang secara tidak sadar dan berkesinambungan seseuai dengan cita-cita kita. Ketika kita mencapai tahapan ini, kita dapat menjadi relaks mengerjakan/mencapai sesuatu, tanpa unzur memaksakan diri. Keadaan ini sering dikenal dengan kekuatan Mukjizad,karena iman yang teguh dan pasrah, tahapan ini barulah tepat ketika dikatakan Manusia berusaha, Allah yang menentukan.

Apa pun hasil yang kita dapatkan dengan melalui proses ini secara keseluruhan, maka kita akan puas, dan menerima keadaan diri tanpa menyalahkan siapa pun dan apa pun. Sikap hidup inilah sering digunakan oleh Pebeladiri Jepang dan Cina, mengalir bagai air, menanggapi serangan bukan dengan melawan balik, tapi menyalurkan/mengarahkan serangan/keadaan yang tidak enak tersebut tidak secara frontal ke diri kita, kita tepis dengan kelembutan dan ketenangan m enggunakan tekanan yang ada sebagai kekuatan diri, bukannya menggunakan kekuatan diri sendiri yang akan membuat diri kita letih..

Tidak ada komentar: