Selasa, 22 Juli 2008

Langkah Kecil Bukan Kemajuan Kecil: Orientasi Proses bukan hasil

Langkah Kecil Bukan Kemajuan Kecil: Orientasi Proses bukan hasil

Sarikata@yahoogroups.com, 4 April 2005
Judith M. Tomasowa, SE, M.Si


"Sistem pendidikan di Indonesia lebih banyak mengacu pada hasil, bukannya proses. "

Anak kita beri penghargaan ketika prestasi mereka mencuat. Ketika prestasi mereka biasa saja, kita langsung menilai, "oh,... ia malas." Padahal, belum tentu seperti itu. Kita sering tidak memandang "Ada apa dengan dia?" Kita selalu mengacu dengan pikiran kita, bukan dengan perasaan kita.

Kemampuan kita berempati, menggunakan perasaan terhadap "keadaan" yg mjd proses mereka, membuat kita menitik beratkan pada proses, bukannya hasil. Anak tidak akan merasa dipresi berat ketika ia gagal, atau hanya mencapai kemajuan yang sedikit.

Ketika anak beranjak menjadi individu dewasa, ia akan terbentuk menjadi orang yang ingin instant berhasil, tidak tahan uji coba, dan akhirnya cepat menyerah, atau memilih gampangan dalam segala perkara, yang penting tujuannya tercapai.

Berbeda dengan individu yang dibesarkan dalam lingkungan yang memperhatikan "proses" ketimbang "hasil". Ia akan merasa "tidak tersakiti/gagal" dengan pencapaian prestasi yang minim, atau bahkan kegagalan. Ketika ia menghadapi kegagalan, ia belajar dari orang tua, pendahulunya yang melindungi perasaan dirinya dari perasaan "GAGAL" dengan mengarahkan ybs terhadap pemikiran berjuang dalam PROSES demi PROSES, dan bukan hasil yang dipandang, melainkan usahanya. Ia belajar menghargai dirinya sendiri.

Dan dari langkah-langkah kecil tersebut, kita merangkai sebuah rangkaian kesuksesan besar. Merajut baju dari benang sukses kecil, hingga membentuk SUKSES PRIBADI yg global. Jelas, semua ini membutuhkan waktu, dan dengan waktu ini seorang berorientasi proses akan mendapatkan lebih dari sekedar "HASIL", yakni "PROSES".

Tidak ada komentar: